Dalam tafsir al-Mishbah surat al-Baqarah ayat 30 Kata ( (
خليفةkhalifah pada mulanya berarti yang menggantikan atau yang datang
sesudah siapa yang datang sebelumnya. Atas dasar ini, ada yang memahami
tata khalifah di sini dalam arti yang menggantikan Allah dalam
menegakkan kehendak-Nya dan menerapkan ketetapan-ketetapan-Nya, tetapi
bukan karena Allah tidak mampu atau menjadikan manusia berkedudukan
sebagai Tuhan, namun karena Allah bermaksud menguji manusia dan
memberinya penghormatan. Ada lagi yang memahaminya dalam arti yang
menggantikan makhluk lain dalam menghuni bumi ini.
Betapa pun, ayat ini menunjukkan bahwa kekhalifahan terdiri dari
wewenang yang dianugerahkan Allah SWT, makhluk yang diserahi tugas,
yakni Adam as. dan anak cucunya, serta wilayah tempat bertugas, yakni
bumi yang terhampar ini.
Jika demikian kekhalifahan mengharuskan makhluk yang diserahi tugas itu
melaksanakan tugasnya sesuai dengan petunjuk Allah yang memberinya tugas
dan wewenang. Kebijakan yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya adalah
pelanggaran terhadap makna dan tugas kekhalifahan.
Dalam tafsir al-Mishbah surat hud ayat 61 kata اسْتَعْمَرَكُمْ terambil
dari kata عْمَرَ (‘amara) yang berarti memakmurkan. Huruf sin dan ta’
yang menyertai kata ista’mara ada yang memahaminya dalam arti perintah
sehingga kata tersebut berarti Allah memerintahkan kamu memakmurkan bumi
dan ada juga yang memahaminya sebagai berfungsi penguat yakni
menjadikan kamu benar-benar mampu memakmurkan dan membangun bumi. Ada
juga yang memahaminya dalam arti menjadikan kamu mendiaminya atau
memanjangkan usia kamu. Ibnu katsir memahaminya dalam arti menjadikan
kamu pemakmur-pemakmur dan pngelola-pengelolanya.
Dalam tafsir al muyassar surat adz dzariyat ayat 56 ditafsirkan bahwa
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia dan aku mengutus semua rasul
kecuali untuk menyampaikan amanatku yaitu untuk beribadah kepadaku dan
mengesakanKu bukan yang lainnya.
Dalam tafsir al-Mishbah surat al-Maidah ayat 16 kata يَهْدِي بِهِ
اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ ditafsirkan bahwa Allah menunjuki
orang-orang yang diketahui-Nya bersungguh-sungguh berusaha ingin
mengikuti jalan menuju jalan keridha’an-Nya. Allah menunjuki mereka ke
salah satu atau bermacam-macam, atau satu demi satu jalan-jalan
keselamatan yang membebaskan mereka dari segala macam kekeruhan jiwa dan
bencana baik di dunia maupun di akhirat, dan Allah mengeluarkan mereka
yakni orang-orang yang memiliki kesungguhan itu dari aneka kegelapan
kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki
mereka kejalan yang lurus, jalan lebar dan mudah guna meraih
kebahagiaan.
Tugas dan Kewajiban Manusia
Manusia sebagai mahluk tuhan yang paling mulia dan paling sempurna
yang ditugaskan sebagai pengatur dan pengelola alam seisinya, mempunyai
tanggung jawab dan kewajiban-kewajiban, baik terhadap tuhan, diri
sendiri, terhadap sesama manusia dan masyarakat serta alam sekitarnya.
Berikut ini dikemukakan sekedarnya tentang tugas dan tanggung jawab
mereka sebagai berikut:
1. Terhadap Allah SWT
Manusia sebagai mahluk-Nya yang telah diberi rahmat dan nikmat, sudah
barang tentu harus berbuat sesuatu sebagai imbalan dan rasa terima
kasihnya terhadap Nya. Bentuk terima kasih atau syukur terlalu banyak
untuk diungkapkan secara terinci, akan tetapi secara global dapat
dikemukakan bahwa manusia harus menggunakan rahmat dan nikmat Allah itu
sesuai dengan fungsi dan proporsinya.
Secara praktis ada beberapa tugas dan kewajiban manusia terhadap Allah
SWT, antara lain: mentauhidkan, takut dan cinta kepada-Nya, ridha
terhadap qadha’ dan qadar-Nya, bertobat,bersyukur, tawakkal, berdoa,
taat dan patuh terhadap-nya, berbuat baik dan berprasangka baik
kepada-Nya, percaya dan berpegang teguh kepada kitab suci-Nya dan sunnah
Nabi-Nya, dzikir, sabar, malu dan sebagainya.
Beberapa sifat yang telah disebutkan tadi ialah dalam kerangka takwa
kepada-Nya yakni menjalankan semua yang diperintahkan dan meninggalkan
semua yang dilarang-Nya.
2. Terhadap Diri Sendiri
Manusia telah diperlengkapi dengan beberapa alat kelengkapan yang dapat
dipergunakan sebagai sarana untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya,
yaitu jasmani dan ruhani. Jasmani merupakan badan kasar yang tampak
kelihatan dengan nyata, terdiri dari tubuh, kepala, panca indera dan
peralatan lain dalam tubuh manusia seperti pernafasan, peredaran darah
dan sebagainya. Sedang ruhani adalah badan halus yang bersifat abstrak,
terdiri dari akal pikiran, rasa dan perasaan, nafsu dan ruh (al-‘aql,
al-qalb, al-nafs dan al-ruh).
Tugas dan kewajiban manusia terhadap diri sendiri yang penting adalah
menjaga diri sebaik-baiknya, sehingga fungsi dan statusny dapat
terpenuhi. Satu tugas dan kewajiban tadi dapat diperinci sebagai
berikut:
a. Memelihara dan menjaga badan jasmani sehingga tetap sehat, karena pada badan yang sehat itu terdapat akal (jiwa) yang sehat.
b. Memelihara dan menjaga jiwa dan hatinya sehingga dapat memenuhi tugas
dan kewajibannya sebagai manusia. Nabi bersabda: “ingatlah bahwa dalam
jasad itu ada segumpal darah, jika ia baik, maka baik seluruh jasad.
Jika ia rusak maka rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah itulah yang
dinamakan hati nurani.”
c. Memelihara dan mempertahankan agamanya, sehingga mendapat keridhaan Allah, keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
d. Member makanan terhadap akal pikiran dengan ilmu pengetahuan bagi
kehidupannya dan masyarakat. Oleh karena itulah di dalam agama islam
agar kita selalu menuntut ilmu pengetahuan. Perintah agama, “carialh
ilmu pengetahuan, sejak dari buaian ibu sampai ke liang lahad.” Perintah
ini menunjukkan wajib. Nabi bersabda: “mencari ilmu pengetahuan itu
wajib hukumnya bagi orang islam.”
e. Berusaha memenuhi kebutuhan jasmani dengan usaha yang halal, karena
kehidupan di dunia ini tidak lepas dari masalh keduniaan, sebab
keduniaan itu sendiri adalah bekal hidup dan lading akhirat. Agam
mengajarkan kepada umatnya untuk bekerja mencari penghidupan yang layak.
Mereka harus bekerja dan berusaha, jangan menggantungkan hidupnya
kepada orang lain.
f. Membiasakan dan melatih diri untuk melakukan perbuatan yang sesuai
dengan tuntutan agama , sehingga akan memperoleh keutamaan dan
kebahagiaan dalam hidupnya.
Diri manusia secara totalitas adalah modal yang penting di dalam
kehidupannya. Di dalam diri manusia terdapat alat (organ) dari yang
kasar sampai yang halus. Semua ini merupakan sarana melakukan tugas dan
kewajibannya. Oleh sebab itu manusia harus memelihara diri, meynantuni
dan menghargai dirinya secara wajar dan lumrah.
Memelihara diri tidak berarti memanjakan. Tapi justru memanfaatkan
segala potensi yang ada sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga
manusia akan bermanfaat bagi dirinya, orang lain (masyarakat) dan alam
sekitarnya.
3. Terhadap Orang Lain dan Masyarakat
Manusia dikatakan sebagai mahluk sosial, yakni suka berhubungan dan
bergaul dengan orang lain. Dorongan ini selain dorongan yang bersifat
instingtif juga dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pergaulan
itu dimulai dari keluarga, masyarakat sekitar (tetangga) dan masyarakat
luas.
Sedangkan menurut al-Ghazali tugas manusia dibagi menjadi dua yaitu
tugas dunia dan tugas akhirat. Berkaitan dengan tugas keduniaan, manusia
yang berperan sebagai khalifah di bumi, mempunyai 3 bidang pekerjaan
yang harus dilaksanakan dengan baik agar dunia tegak, yaitu:
a. Bidang pekerjaan yang pokok, meliputi: pertanian untuk memenuhi
kebutuhan pangan, pertenunan untuk memenuhi kebutuhan sandang, perumahan
untuk memenuhi kebutuhan papan atau tempat tinggal, dan politik atau
pemerintahan untuk menata hidupnya sehingga terbentuk masyarakat yang
masing-masing anggotanya saling tolong menolong, khususnya dalam
ma’isyah (penghidupan).
b. Bidang pekerjaan yang menentukan, mendukung dan mempercepat hasil
produksi dalam pekerjaan pokok, seperti tersedianya alat-alat pertanian
untuk mengolah tanah, pemintalan benang untuk menunjang produksi
tekstil, tersedianya bahan-bahan bangunan untuk mendirikan rumah, dan
lain-lain.
c. Bidang pekerjaan perlengkapan dasar, seperti: pembuatan tepung dan
roti untuk menunjang produksi pertanian, menggunting kain dan menjahit
untuk pelengkap bagi industri tekstil.
Mengenai tujuan hidup manusia, al-Ghazali menyatakan:
“segala tujuan hidup manusia itu terkumpul dalam agama dan dunia. Dan
agama tidak terorganisasikan selain dengan terorganisasinya dunia. Dunia
adalah tempat bercocok tanam bagi akhirat. Dunia adalah alat yang
menyampaikan kepada Allah bagi orang yang mau memperbuatnya menjadi
tempat tetap dan tanah air abadi”
Berangkat dari pernyataan al-Ghazali di atas, dapat dipahami bahwa
manusia mempunyai dua tujuan hidup. Pertama, sebagai perantara yang
harus tercapai di dunia. Kedua, sebagai tujuan akhir yang akan dicapai
setelah hancurnya dunia. Tujuan yang akan dicapai di dunia berupa
kesenangan-kesenangan duniawi seperti wanita, anak-anak, harta, sarana
transportasi, hewan ternak, sawah ladang, dan lain-lain. Kebahagiaan di
sini sangatlah relatif artinya, tidak ada batasan yang jelas, terutama
tentang bagaimana dan kapan seseorang mencapai serta merasa puas
terhadap yang dipandangnya sebagai sesuatu yang nikmat. Di samping itu,
manusia tidak akan dapat mencapai kecuali bekerja sama dengan manusia
lain melalui terwujudnya lapangan pekerjaan sebagaimana diterangkan di
atas.
Berbeda dengan tujuan duniawi, tujuan yang akan dicapai di akhirat
adalah sorga dan segala kenikmatannya, yang berpuncak saat manusia
melihat Allah. Kebahagiaan akhirat telah jelas wujud dan saatnya yaitu
setelah yaumul hisab, hari perhitungan amal sebagai satu masa setelah
hari kiamat. Setiap manusia merasakan kenikmatan yang sama dengan
sendirinya sebagai hasil daya upaya dan kemampuannya dalam memanfaatkan
kenikmatan-kenikmatan dunia.
Selanjutnya, al-Ghazali menjelaskan bahwa manusia untuk beramal sebagai
hakikat syukur harus melalui tiga tahapan yaitu pengetahuan (ilmu),
keadaan tertentu di dalam pribadi (hal) dan amal (tindakan). Memang
kenyataannya demikian, manusia untuk melaksanakan tugasnya sebagai
khalifah Allah mutlak membutuhkan pengetahuan, sehingga sebelum bertugas
Allah membekali ilmu kepadanya. Atas dasar inilah al-Ghazali menegaskan
bahwa: “manusia tidak akan mencapai tujuan hidupnya kecuali melalui
ilmu dan amal. Dan ia tidak akan dapat beramal kecuali dengan mengetahui
cara pelaksanaan amal, dengan demikian pangkal kebahagiaan dunia dan
akhirat, sebagai tujuan hidup, adalah ilmu.”
Berdasarkan uraian di atas maka tugas akhirat manusia adalah
memanfaatkan hidupnya selama di dunia untuk beribadah dan beramal sholeh
kepada Allah untuk mencapai kebahagiaan abadi di akhirat yaitu surga.
RELEVANSI DENGAN PENDIDIKAN
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa tugas manusia yang merupakan amanah dari Allah, pada intinya ada dua macam, yaitu:
1. Abdullah (menyembah atau mengabdi pada Allah).
Realisasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara beban atau
tugas-tugas kewajiban dari Allah yang harus dipatuhi, kalimat La ilaah
illa Allah, dan ma’rifah kepada Allah.
2. Khalifah Allah (yang harus dilakukan dengan penuh tanggungjawab).
Realisasi dari mengemban amanah dalam arti memelihara, memanfaatkan atau
mengoptimalkan penggunaan segala anggota badan, alat-alat potensial
(termasuk indra dan akal) atau potensi-potensi dasar manusia, guna
menegakkan keadilan, kemakmuran dan kebahagiaan hidup. Jadi pendidikan
dalam islam antara lain untuk membimbing dan mengarahkan manusia agar
mampu mengemban amanah dari Allah, yaitu menjalankan tugas hidupnya di
bumi, baik sebagai “Abdullah” ataupun sebagai “Khalifah Allah”.
loading...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
loading...
0 Response to "Makalah Tugas Hidup Manusia - Makalah Agama"
Post a Comment