A.Peran dan Tugas Rasul
1. Sebagai muballigh dan mubayyin
Dalam surat Al Maidah ayat 67,
بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّك
“sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu.”
Menurut Tafsir ibnu katsir
Allah
ta’ala berfirman sambil mengkitabi hamba dan Rasulnya Muhammad
saw.dengan ungkapan‘’rasul‘’ dan menyuruhnya supaya menyampaikan seluruh
perkara yang dibawanya dari Allah. Dan Nabi saw telah melaksanakan
perintah itu dan menjalankan risalah dengan sempurna.
Sehubungan
dengan penafsiran ayat ini, bukhari meriwayatkan dari aisyah ra ia
berkata , ‘’ barang siapa yang menceritakan kepadamu bahwa muhammad
menyembunyikan sesuatu dari apa yang diturunkan Allah kepadanya maka
sungguh berdustalah orang itu, dan dia berfirman, ‘’ Hai rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu.’’ Demikianlah
bunyi hadits ini secara ringkas. Hadits ini dikemukakan oleh
Bukhari-Muslim dalam shahihanya secara panjang.
Allah mengutus Rasul untuk
menyampaikan ajaran yang diwahyukan kepadanya, sebagaimana dijelaskan
dalam surat Al-Ankabut ayat 18 dan surat Al-Maidah ayat 67 bahwa Rasul
benar-benar telah menyampaikan ajaran tersebut secara tuntas, tanpa ada
yang dikurangi dan dilebihkan. Ia telah berhasil melaksanakan fungsi
muballigh-nya kepada umat saat ini,dan pengaruhnya terasa hingga
sekarang.Sebagai muballigh ia dikenal mampu menyampaikan tutur kata yang
lembut,ringkas namun jelas dan padat isinya serta disesuaikan dengan
daya tangkap audiennya.
‘’ wahai
rasul sampaikanlah apa-apa yang disampaikan dari tuhan kepadamu’’ itu
dikarenakan kaum yahudi berkata kepada nabi ketika nabi mengajak
kepada islam maka mereka menyepelekan ajakan nabi dan mereka berkata
‘’ kamu mengharapkan supaya kamu menjadikanmu belas kasihan seperti yang
dilakukan kaum nasrani kepada nabi isa as.’’ Maka ketika nabi melihat
itu terdiam , maka allah memerintahkan supaya nabi mengajak mereka
terhalang oleh keingkaran mereka. Maka allah berfirman yang artinya ;’’
Wahai rasul sampaikanlah apa-apa yang disampaikan sari tuhanmu
kepadamu.’’ Dari alqur’an yang dimaksudkan aku (pengarang) artinya ‘’
maka kamu tidak menyampaikan amanatnya(allah), menurut pengarang
maksudnya ‘’ seakan-akan kamu tidak menyampaikan sesuatu dari risalah
tuhanmu” karena tuhanmu memerintahkan untuk menyampaikan semua
risalahnya maka dimana sebagian tidak disampaikan sama saja tidak
menyampaikan semuanya seperti orang yang ingkar. Maka dia termasuk
ingkar semuanya dan dikatan ayat yang maksudnya “ maka tidak
menyampaikan wahyu yang mana kamu adakah seorang utusan.”
Zamrahbin
zandub meriwayatkan dari rasullullah saw “ sesunya sayapun seorang
manusia sama seperti kalian”. Maka kalian tahu sesungguhnya aku
meringkas sesuatu risalah dari penyamapaian tuhanku, maka beri tahu aku
sehingga aku menyampaikan risalah tuhanku sebagai mana mestinya.
Maka
mereka berdiri dan berkata “ saya bersaksi bahwasannya angkau
benar-benar telah menyampaikan risalah tuhanmu dan telah memberi nasihat
kepada umatmu danmemenuhi apa-apa yang menjadi kewajibanmu.”
Berdasarkan tafsi jalalain,
“Wahai
utusan sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu kepadamu dari
tuhanmu janganlah kamu sembunyikan sedikitpun karena takut akan
mendapatkan kebencian dan apabila kamu tidak menyampaikan semua yang
telah diturunkan kepadamu maka kamu tidak menyampaikan risalahnya. Allah
menjagamu dari manusia maksudnya dari upaya pembunuhan mereka. Nabi
Muhammad saw dijaga oleh para sahabat sampai turun ayat ini, lalu nabi
bersabda ‘’ Berpalinglah kalian semua karena Allah telah menjagaku.’’
Tafsir Al- Misbah
Setelah
kedua ayat yang lalu memberi kesan melalui kata lauw/ jika seandainya
bahwa mustahil mereka beriman, maka boleh jadi kesan tersebut mengantar
nabi muhammad saw. Dan penganjur-penganjur islam untuk berpangku tangan
sehingga tidak lagi bertabligh atau melaksanakan tugas dakwah. Ini
diluruskan oleh ayat ini. Bukankah masih ada golongan yang pertengahan
di antara mereka yang tidak terlalu membenci umat islam yang bersifat
adil dan objektif? Demikian al- biqa’i menghubungkan ayat ini dengan
ayat sebelumnya.
Thahir ibnu
asyur menilai penempatan ayat ini di sini merupakan sesuatu yang musykil
karena tulisannya surah al-maidah merupakan salah satu surah terakhir
yang turun, sedangkan ketika itu rasul saw telah menyampaikan seluruh
ajaran agama yang turun hingga ketika itu. Seandainya ayat ini turun
pada awal masa kenabian, maka apa yang diperintahkan di sini dapat
dimengerti dan dipahami sebagai mengukuhkan nabi saw.dan meringankan
beban mental beliau. Tetapi, karena surah ini merupakan salah satu surah
terakhir yang turun, dan beliau sendiri telah melaksanakan tugas
penyampaian risalah, agama pun telah disempurnakan, maka sebenarnya
padasaat turunnya tidak ada lagi yang diperintahkan untuk disampaikan.
Karena itu, hanya ada dua kemungkinan yang dapat dikemukakan menyangkut
penempatan ayat ini dalam surah ini dan sesudah uraian ayat-ayat
sebelumnya.
Pertama ayat ini
turun untuksatu sebab tertentu, yang mengundang adanya ayat yang
mengukuhkan beliau agar menyampaikan sesuatu yang berat untuk beliau
sampaikan. Kedua, ayat ini turun sebelum turunnya surah ini. Dan ini
didukung oleh banyak riwayat.
Thahir
ibnu asyur menambahkan bahwa ayat ini mengingatkan rasul agar
menyampaikan ajaran agama kepada ahl al- kitab tanpa menghiraukan kritik
dan ancaman mereka,apalagi teguran-teguran yang dikandung oleh
ayat-ayat lalu yang harus disampaikan nabi saw itu merupakan teguran
keras seperti banyak di antara mereka yang fasiq dan firmannya : apakah
akan aku beritakan kepada kamu tentang yang lebih buruk dari itu
pembalasannya di sisi allah yaitu orang-orang yang dikutuk dan dimurkai
allah “
Sementara ulama
menjadikan ayat ini sebagai salah satu mu’jizat al- qur’an dengan alasan
keterbuktian kebenaran jaminan pemeliharaan itu, kendati berbagai upaya
telah dilakukan oleh kaum musyrikin mekah dan orang yahudi untuk
membunuh rasul saw.
Dalam surat An-Nahl ayat 44,
لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
"Agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang Telah diturunkan kepada mereka."
Allah berfirman ‘’ Dan kami
turunkan kepadamu al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dari tuhannya, sebab kamu
mengetahui kandunganal-Qur’an yang diturunkan kepadamu , kamu sangat
mencintainya, dan mematuhinya, karena bumi tahu bahwa kamu merupakan
makhluk yang paling utama dan junjungan keturunan adam. Maka rrincilah
ayat yang global dan terangkanlah ayat yang musykil supaya mereka
memikirkan,’’ yakni merenungkan kebaikan dirinya, lalu beroleh petunjuk
sehingga mereka berhasil meraih keselamatan diduni dan akhirat
Mubayyin
adalah orang yang diberi mandate untuk menjelaskan wahyu dari Allah SWT
kepada umat manusia, sebagaimana dalam surat An-Nahl ayat 44 Yakni ,
rasulullah bertugas menerangkan ayat-ayat Al-Qur'an yang telah
diturunkan kepadanya agar umatnya (Muhammad) dapat memahami ayat-ayat
yang telah diturunkan tersebut.Berbagai penjelasan yang dilakukan oleh
Rasulullah baik dalam bentuk ucapan,perbuatan maupun
ketetapan,dilakukannya dengan penuh tanggung jawab dan sekaligus
dipantau oleh Allah SWT.
Dan
kami turunkan kepadamu Ad-Dzikr ( AL-Qur’an ) agar kamu jelaskan kepada
manusia apa-apa yang telah diturunkan kepada mereka didalam Al-Qur’an
tentang halal dan haram agar mereka berfikir didalam penurunan agar
mengambil pelajaran-pelajaran.
Para
rasul yang kami utus sebelummu itu semua membawa keterangan-keterangan
yakni mu’jizat-mu’jizat nyata yang membuktikan kebenaran mereka sebagai
rasul, dan sebagian membawa pula zubur yakni kitab-kitab yang mengandung
ketetapan-ketetapan hukum dan nasihat-nasihat yang seharusnya menyentuh
haati, dan kami turunkan kepadamu adz-dzikir yakni al- qur’an agar
engkau menerangkan kepada seluruh manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka yakni al- qur’an itu, mudah-mudahan dengan penjelasanmu
mereka mengetahui dan sadar dan supaya mereka senantiasa berpikir lalu
menarik pelajaran untuk kemaslahatan hidup duniawi dan ukhrawi mereka.
Kata
az-zubur adalah jamak dari kata zabur yakni tulisan. Yang dimaksud di
sini adalah kitab-kitab yang ditulis, seperti taurat, injil, zabur, dan
shuhul ibrahim as. Para ulama berpendapat bahwa zubur adalah kitab-kitab
yang singkat tidak mengandung syariat, tetapi sekadar nasihat-nasihat.
Salah
satu nama al- qur’an adalah adz- dzikir yang dari segi bahasa adalah
antonim dari kata lupa. Al- qur’an dinamai demikian karena ayat ayatnya
berfungsimengingatkan manusia apa yang dia berpotensi melupakannya dari
kewajiban, tuntunan dan peringatan yang seharusnya dia selalu ingat,
laksanakan dan indahkan. Di sisi lain, tuntunan dan petunjuk-petuinjuk
harus pula selalu diimgat dan dicamkan.
Penyebutan
anugerah allah kepada nabi muhammad saw secara khusus dan bahwa yang
dianugerahkan nya itu adalah adz-dzikir mengesankan perbedaan kedudukan
beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya.dalam konteks ini nabi
muhammad saw bersabda : tidak seorang nabi pun kecuali telah
dianugerahi allah apa ( bukti-bukti inderawi ) yang menjadikan manusia
percaya padanya. Dan sesungguhnya aku dianugerahi wahyu ( al- qur’an
yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang masa ), maka aku mengharap
menjadi yang paling banyak pengikutnya di hari lemudian.
Thabathaba’i
menegaskan bahwa diturunkannya al- qur’an kepada umat manusia dan
turunnya kepada nabi muhammad saw adalah sama,dalam arti diturunkannya
kepada manusia dan turunnya kepada nabi muhammad saw agar mereka semua
nabi dan seluruh manusia mengambil dan menerapkannya.
Ayat
ini menugaskan nabi muhammad saw untuk menjelaskan al- qur’an. Bayan
atau penjelasan nabi muhammad saw itu bermacam-macam dan
bertingkat-tingkat. Memang as sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan
dengan al- qur’an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hukum syara’.
Ada dua fungsi penjelasan nabi muhammad saw dalam kaitannya dengan al-
qur’an yaitu bayan ta’kid dan bayan tafsir. Yang pertama sekadar
menguatkan atau menggaris bawahi kembali apa yang terdapat dalam al-
qur’an, sedang yang kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi
pengertian lahir dari ayat ayat al- qur’an.
Para
ulama’ mendefinisikan as-Sunnah terhadap al-Qur’an sebagai bayan murad
Allah ( penjelasan tentang maksud Allah ), sehingga apakah ia merupakan
penjelasan penguat atau perinci, pembatas dan bahkan maupun tambahan,
kesenuanya bersumber dari Allah. Ketika rasul melarang seorang suami
memadu istrinya dengan bibi dari pihak ibu atau bapak sang istri, yang
pada lahirnya berbeda dengan bunyi QS.an-Nisa’[4]: 24, maka pada
hakikatnya penambahan tersebut adalah penjelasan dari apa yang
dimaksudkan Allah swt. Dalam firman tersebut.
Menurut tafsir Samarkandi
“dan
kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu terangkan kepada manusia apa
yang diturunkan kepada mereka.’’ Maksudnya ‘’ apa yang diperintahkan
mereka dalam kitab, agar mereka berfikir sehingga mereka beriman kepada
Al-Qur’an.
2.Sebagai uswatun hasanah(contoh dan panutan yang baik)
Dalam surat Al-Ahzab ayat 21,
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ
اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ
الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Menurut Ahmad Showi Al-Malakie
Ucapan
(Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu) ayat ini dan ayat sesudahnya (Diturunkan agar menjadi
kejelasan dari ahli kitab) yaitu menjadi kesempurnaan atas cerita dari
QS Al-Ahzab, yaitu celaan yang sangat berlarut-larut, dari pembunuhan
Rasulullah bersama orang mu’minin dan munafik. Dengan ucapan (kata
“uswatun/suri tauladan” bisa di baca kasroh dan Dhommah) maksudnya dalam
lafad uswatun bisa dibaca dua kata. Ucapan (Iqtida’=mengikuti)
meng’isyaratkan sesungguhnya kata uswah menggunakan makna masdar dan
istisna. Di ucapankan dengan perumpamaan fulan dengan fulan, kata fulan
mengikuti makna sesudahnya. Ucapan (qital = pembunuhan) tidak menjadi
kejelasan atas lafad sebelumnya, tetapi mengikuti kata Rasulullah saw
mewajibkan di dalam perkataan, pekerjaan dan perbuatan. Karena
sesungguhnya tidak di batasi dan tidak dikerjakan dari hawa. Tetapi
jamak dari perbuatan, perkataan dan pekerjaan dari Tuhan. Berkata orang
yang arif, di khususkan dengan petunjuk di setiap perbuatan , karena
sesuatu harus dilakukan dengan sesuatu yang dikehendakinya.
Menurut tafsir Al Maroghi
Sesungguhnya
”pekerjaan yang baik” adalah pekerjaan yang kita ikuti seperti apa
yang dikehendaki oleh ALlah, apabila engkau mengerjakannya. Bukti yang
sah, ikutilah Rasulmu dalam pekerjaannya, dan pekerjaan yang di mudahkan
atas pertolongan dari Allah. apabila engkau mengharapkan pahala dari
Allah swt, takut adanya siksaan Allah swt dari segala kesulitan, dan
tidak adanya kejelasan dalam pekerjaan apapun, kecuali amal sholih.
Dengan cara mengingat Allah yaitu menyebut namanya dimanapun tanpa
adanya batasan. Karena sesungguhnya mengingat/menyebut nama Allah
tersebut bukti bahwa kita taat kepanya dan mengukuhkan atas rasulnya.
Berdasarkan Tafsir jalalain
Ayat
ini (Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu) ayat ini dan ayat sesudahnya (Diturunkan agar menjadi
kejelasan dari ahli kitab) yaitu menjadi kesempurnaan atas cerita dari
QS Al-Ahzab, yaitu celaan yang sangat berlarut-larut, dari pembunuhan
Rasulullah bersama orang mu’minin dan munafik. (kata Alifnya kata
Uswatun bias di baca Fathah dan dhommah) maksudnya boleh menggunakan dua
kata. Ucapan (Iqtida’=mengikuti) meng’isyaratkan sesungguhnya kata
uswah menggunakan makna masdar dan istisna. Di ucapankan dengan
perumpamaan fulan dengan fulan, kata fulan mengikuti makna sesudahnya.
Ucapan (qital = pembunuhan) tidak menjadi kejelasan atas lafad
sebelumnya, tetapi mengikuti kata Rasulullah saw mewajibkan di dalam
perkataan, pekerjaan dan perbuatan. Karena sesungguhnya tidak di batasi
dan tidak dikerjakan dari hawa. Tetapi jamak dari perbuatan, perkataan
dan pekerjaan dari Tuhan. Berkata orang yang arif, di khususkan dengan
petunjuk di setiap perbuatan , karena sesuatu harus dilakukan dengan
sesuatu yang dikehendakinya
Menurut Tafsir Samarqondi
Sesungguhnya
dalam diri kita semua (orang Islam), sudah ada utusan yang harus di
ikuti, yaitu mengikuti Rasulullah saw, dan mengikuti kebaikannya, dan
mengikuti sunah-sunah yang bagus, karena sesungguhnya semua itu harus
telah dilakukan orang-orang yang dahulu dalam peperangan, dan di bagi
menjadi empat dalam setiap satu minggu, untuk menjaga tanah air.
Menurut tafsir AL-Ibriz
Sesungguhnya
dalam diri kita semua (orang Islam), sudah ada utusan yang harus di
ikuti, karena sudah jelas yang kita ikuti itu orang yang bagus dalam
utusan Allah (jadi kita hanya mengikuti pekerjaan yang telah di ikuti
Rasulullah dan kita tidak usah ragu).
Rosulullah sebagai model ideal
bagi kehidupan dalam segala bidang,terutama dari segi akhlak yang mulia.
Dia harus memberikan contoh yangbaik dalam bertutur
kata,berjalan,makan,minum,berpakaian,tidur,berumah
tangga,bergaul,berjualan,berperang,memimpin,berdiplomasi dan lain
sebagainya.
Sebab itu, apa yang
diucapkan atau yang dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti,
dan sebaliknya apa –apa yang dilarangnya harus dihindarkan.
3.Sebagai rahmatan lilalamin
Dalam surat Al-Anbiya’ ayat 107,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Menurut Akhmad Showi Al-Malakie
(penjelasan
dari kata “rahmat”) menunjukkan kandungan/arti sesungguhnya dari lafat
“anna/sesungguhnya”. (kata “rahmat”) boleh dibaca fathah, karena menjadi
maf’ul liajlihi. Dan apabiladi baca fathah menunujukkan “hal/tingkah”.
Maksudny adalah menunjukkan sifat seseorang yang sangat mempunyai rasa
kasih saying kepada umat-nya. Yaitu para nabi yang mempunyai kasih
saying dan nabi jelas sekali/menunjukkan rasa kasih sayangnya. Atau kata
tersebut bias menjadi mudhaf (maksudnya : jelas mempunyai rasa kasih
sayang). Seperti dalam hadits : sesungguhnya saya mempunyai sifat
“rahmat” yang tidak terhingga.
Berdasarkan tafsir Al- Maroghi
(Muhammad
di utus untuk menjadi Rahmat seluruh Alam) maksudnya di utus untuk
menetapkan syara’ dan hokum yang menjadi kebahagiaan di dunia dan
akherat kecuali untuk menjadi rahmat seluruh alam dan menjadi petunjuk
dalam segala pekerjaan dan urusan hidupnya.
Penjelasan
ini, menunjukkan bahwa nabi Muhammad saw, jelas mempunyai misi membawa
kebaikan dunia dan akherat, kecuali orang-orang kafir yang memanfaatkan
itu semua. Dan cuek atas semua penjelasan itu karena rusak, dan tidak
diterima inilah rahmat. Dan tidak ada syukur nikmat, maka tidak akan
bahagia dalam agamanya dan dunianya.
Menurut Tafsir Jalalain
(Kata
“rahmat”) mengisyaratkan sesungguhnya kata tersebut dibaca fathah
karena menjadi maf’ul liajlihi. Dan sudah sangat jelas bahwa di baca
fathah menjadi hal/tingkah karena sesungguhnya menunjukkan sifat kasih
saying. Seperti yang sudah jelas bahwa para nabi diciptakan untuk
menjadi rahmat. Dan nabi menunjukkan rahmat atau atas hilangnya mudhaf
(maksudnya mempunyai rahmat Yaitu para nabi yang mempunyai kasih saying,
Seperti dalam hadits : sesungguhnya saya mempunyai sifat “rahmat” yang
tidak terhingga. (kata manusia dan jin) maksudnya kebaikan dan
kejelekan, mu’min dan kafir, karena itu bias diangkat kekuasaannya, dan
bias menghilangkan adzab yang sangat bahaya, dan menjdi rahmat apabila
apa yang dikerjakan itu bias menjadikan kebahagiaan. Karena itu semua
rahmat di dunia dan akherat. Tetapi bagi orang kafir itu adalah rahmat
di dunia saja.
Berdasarkan Tafsir Samarqondi,
(lafad
“wama arsalnaka….”) maksudnya Tuhan mengutus Muhammad kecuali hanya
untuk menjadi Rahmat seluruh Alam, yaitu nikmat bagi jin dan manusia.
Lafadz (lil’alamin) adalah semua makhluk, karena sesungguhnya manusia
terbagi menjadi 3 jenis : Mu’min, kafir dan munafiq. Itu semua rahmat
seluruh alam. Dan menjdi petunjuk jalan menuju surga, dan rahmat bagi
orang munafiq, apabila ia percaya untuk dibunuh. Rahmat bagi orang kafir
karena akhirnya adzab. Diriwayatkan said bin jabir, dari ibnu abbas
berkata : barang siapa beriman kepada allah dan rasulnya, maka itu
rahmat di dunia dan akherat, dan apabila tidak beriman kepada allah dan
rasulnya maka itu bias menjadikan umat salaf sebelum semua itu adalah
rahmat bagi orang mu’min dan kafir.
Rasulullah adalah insan kamil
yang dibekali Allah dengan sifat kasih sayang yang tinggi sehingga
Beliau dapat mengemban tugas sebagai rahmatan lil’alamin, yang selalu
memberi rahmat kepada seluruh alam. Baik manusia,hewan, maupun tumbuhan.
0 Response to "Contoh makalah Makalah peran dan tugas rasul"
Post a Comment