loading...

SKRIPSI HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI MTBS



HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI MTBS


SKRIPSI



SKRIPSI HUBUNGAN POLA MAKAN TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI MTBS



OLEH :
XXXXXXX
NIM : XXXXXXXXXX





AKADEMI KEPERAWATAN TELANAI BHAKTI JAMBI
TAHUN 2013




BAB  I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangan harus melibatkan sektor yang terkait (Supriasa,2002).
Kesehatan dan gizi merupakan faktor yang penting, karena secara langsung berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia. Diperlukan upaya peningkatan status gizi masyarakat melalui perbaikan gizi, baik dalam lingkungan keluarga maupun  gizi individu. Pelayanan bermutu yang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dibidang kesehatan (Aritonang, 2009:1).
Status gizi anak umur  dibawah lima tahun (Balita) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu Negara. Kekurangan gizi pada balita disebabkan oleh aspek-aspek yang multifaktor. Status gizi pada balita adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui kesehatan masyarakat.  Pada 30 tahun terakhir berjuta-juta anak meninggal karena malnutrisi. Hampir 16 juta anak meninggal karena lapar. Menurut  penelitian, 3.765 balita di Afrika Selatan, mengungkapkan lebih tinggi prevalensi malnutrisi kriteria ”Stunting” di Estern Cape dan Nothren Province yang konsentrasi kemiskinannya lebih tinggi. Sebaran anak pendek (stunting) dan anak rendah (underweight) tidak merata. Stunting ada hubungan dengan sosio ekonomi dan kemiskinan, sementara gambaran anak kurus (wasting) tidak berhubungan dengan sosio ekonomi  (WHO, 2011).

 
Angka Kematian Balita (AKABA) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempersentasekan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Milenium Development Gols (MDGs) menetapkan nilai normative AKABA, yaitu sangat tinggi dengan nilai >140, tinggi dengan nilai 71-140, sedang dengan nilai 20-70 dan rendah dengan nilai < 20. Secara nasional hasil SDKI 2007 terjadi penurunan AKABA di Indonesia. Pada tahun 1991 AKABA nasional adalah 97 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 AKABA adalah 44 per 1.000 kelahiran hidup. AKABA di Provinsi Jambi pada tahun 1991 tercatat angka 102 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2007 terjadi penurunan yaitu 47 per 1.000 kelahiran hidup, angka ini masih di atas angka nasional (Profil kesehatan Provinsi Jambi, 2011:30).
Program perbaikan gizi masyarakat secara umum ditunjukan untuk meningkatkan kemampuan, kesadaran dan keinginan masyarakat dalam mewujudkan kesehatan yang optimal khususnya pada bidang gizi, terutama bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendah baik desa maupun kota. Kegiatan pokok kementrian kesehatan dalam mengimplementasikan perbaikan gizi masyarakat meliputi; peningkatan pendidikan gizi, penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium (GAKY), kurang vitamin A, dan kekurangan zat gizi. Adapun sasaran pokok program perbaikan gizi masyarakat yakni menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita, terlaksananya penanggulangan kurang energi protein (KEP) anemia gizi besi, gangguan akibat kurang yodium GAKY, kurang vitamin (Profil Kesehatan Provinsi Jambi, 2010 : 94).
Selain masalah gizi kurang pada balita, masalah gizi lebih atau obesitas dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya. Dari berbagai tulisan mengenai obesitas pada anak/balita, ternyata banyak masalah yang dihadapi anak obesitas ini. Lebih-lebih kalau obesitas pada masa anak-anak berlanjut sampai dewasa. Angka kejadian obesitas pada anak dinegara-negara maju terus bertambah. Menurut Weil BW (1991), angka kejadian di Amerika meningkat 40% (dari 15% menjadi 21%). Sedangkan angka kejadian di Indonesia masih belum ada data-datanya. Tetapi dari pengamatan sehari-hari mulai banyak ditemukan kasus obesitas pada anak/balita (Soetjiningsih, 2002 : 183).
Dalam penilaian gizi, yang diperlukan berbagai jenis parameter. Parameter tersebut antara lain adalah umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, dan jaringan lunak. Penggunaan dan pemilihan parameter  tersebut sangat tergantung dari tujuan pengukuran status gizi, apakah mengukur status gizi sekarang atau mengukur status gizi yang dihubungkan dengan masa lampau (Supriasa, 2002 : 84).
Pola makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan makan. Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi. Pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan. Asupan berlebih menyebabkan kelebihan zat gizi. Sebaliknya, asupan makanan yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Pola makan yang baik juga perlu dikembangkan untuk menghindari interaksi negatif dari zat gizi yang masuk dalam tubuh (Sulistyoningsih, 2003 : 67).
Gambaran status gizi balita dengan indikator Berat Badan/umur (BB/U) berdasarkan hasil Riskesdas tahun  2010 menunjukan bahwa propinsi dengan prevelensi balita gizi buruk tertinggi adalah Gorontalo sebesar 11,2%. Permasalahan gizi yang bersifat akut yang dapat diketahui melalui indikator Berat Badan/Tinggi Badan (BB/TB) menunjukan gambaran bahwa prevelensi balita sangat kurus tertinggi terdapat di Provinsi Jambi sebesar 11,3% Bengkulu 9,7% Riau 9,2% sedangkan prevelensi balita sangat pendek terendah adalah Bangka Belitung 1,7% kepulauan Riau 2,% dan Sulawesi Utara sebesar 2,6% (Kementrian Kesehatan RI, 2011 : 40).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, di Kota Jambi Tahun 2009 terdapat 82 balita yang mengalami gizi buruk, Tahun 2010 jumlah balita yang mengalami gizi buruk mengalami peningkatan yaitu sebanyak 125 orang balita, sedangkan gizi kurang adalah 650 balita. Pada tahun 2011 juga terjadi peningkatan jumlah balita yang mengalami gizi kurang yaitu 968 balita, 84 balita mengalami gizi lebih, dan 17 balita yang mengalami gizi buruk (Profil Kesehatan Provinsi Jambi).
Berdasarkan dari data Dinas kesehatan Kota Jambi, Puskesmas Payo Selincah yang merupakan puskesmas dengan jumlah balita yang cukup banyak terdapat kasus gizi kurang yaitu 274 balita, 12 balita mengalami gizi lebih, 503 balita mengalami gizi baik, dan 6 orang balita mengalami gizi sangat kurang  (Dinas Kesehatan Kota jambi, 2012).
Berdasarkan data dari poli MTBs Puskesmas Payo Selincah, jumlah kunjungan Balita di MTBs selama bulan Maret, April dan Mei 2013 berjumlah 499 balita. Menurut survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Payo Selincah pada tanggal 21 April 2013, observasi pada balita diperoleh hasil, yaitu ada 5 balita yang ditimbang, 2 balita yang mengalami peningkatan BB dan TB sesuai umur, 1 balita mengalami kanaikan BB, 1 balita mengalami Penurunan BB, dan 1 balita tidak mengalami perubahan BB dan TB. Dan melakukan wawancara dengan menggunakan angket sederhana pada ibu balita untuk mengetahui  pola makan dan  diperoleh hasil 2 ibu mengatakan memberikan makanan yang sama dalam satu hari, 1 ibu mengatakan memberikan makanan yang anak sukai saja, 1 ibu mengatakan memberikan makanan yang berbeda setiap makan, dan 1 ibu mengatakan memberikan makanan teratur dan jenis makanan yang sehat (tidak siap saji).
Berdasarkan uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Makan terhadap Status Gizi Balita di Poli MTBs Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi  Tahun 2013.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Hubungan Pola Makan Terhadap Status Gizi Pada Balita di Poli MTBs Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi  Tahun 2013”.

C.   Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Hubungan Pola makan terhadap Status gizi pada Balita di Poli MTBs Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi Tahun 2013

D.   Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1.    Bagi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan masukan dalam pengembangan kebijakan dibidang kesehatan, terutama tentang status gizi balita.
2.    Bagi Puskesmas Payo Selincah
Bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dan informasi masukan bagi tenaga kesehatan dalam upaya perbaikan gizi balita
3.    Bagi profesi Keperawatan
Sebagai masukan dan informasi untuk menentukan intervensi dalam mengatasi masalah gizi pada balita.

4.    Bagi Institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan informasi tentang status gizi balita.
5.    Bagi Peneliti Lain   
Penelitian ini diharapkan dapat di jadikan sebagai bahan masukan untuk pengembangan penelitian tentang status gizi balita dengan variabel penelitian  dan di wilayah penelitian yang berbeda.

E.   Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik kuantitatif, menggunakan metode cross sectional dengan analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara Pola Makan terhadap Status Gizi Balita di Poli MTBs Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi  Tahun 2013. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang berkunjung   ke Poli MTBs Puskesmas Payo Selincah Kota Jambi bulan Maret, April dan Mei tahun 2013 yang berjumlah 1494 balita. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan tekhnik Accidental Sampling. Dengan jumlah sampel 38. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, dan pengukuran BB. Penelitian ini di laksanakan pada 25 Juni-9 Juli  2013.

 


Lanjut Ke BAB II
loading...